Aktivis yang peduli terhadap kekerasan terhadap perempuan dan anak melakukan aksi di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (29/1). Mereka menuntut adanya perhatian lebih dari pemerintah Kasus kekerasan seksual terhadap anak di Brebes, Jawa Tengah, tergolong tinggi. Sebanyak 70 persen kasus ini terjadi di kantong-kantong tenaga kerja Indonesia (TKI). “Bisa dibilang, Brebes sudah darurat kekerasan seksual. Saya sendiri ngeri melihat kondisi ini,” kata Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Anak Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Brebes, Jawa Tengah Rini Pujiastuti, Senin, 9 Mei 2016.
Rini mengatakan, dari data kepolisian dan rumah sakit di Brebes pada 2015, ada 85 kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan. Dari 85 kasus itu, 80 persen korban adalah anak-anak. Adapun 90 persen dari kasus itu adalah kasus kekerasan seksual. “Saya yakin realitanya lebih banyak dari angka yang kami miliki,” ujarnya.
Rini menyatakan kebanyakan kekerasan seksual terhadap anak terjadi di daerah yang menjadi kantong TKI. Istri yang pergi ke luar negeri membuat suami kesepian dan melampiaskan hasrat seksualnya kepada anaknya. “Ibunya sibuk cari uang, sementara bapaknya di rumah menganggur,” katanya.
Kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak sulit terungkap karena korban yang melapor minim. Mereka takut karena diancam pelaku. “Salah satu kasus yang kami tangani korban tak berani lapor karena bapaknya galak dan jadi dukun,” ucap Rini.
Di wilayah selatan Kabupaten Brebes baru-baru ini pihaknya menangani kasus pencabulan yang dilakukan seorang pria terhadap 11 anak selama empat bulan. Modusnya anak-anak itu diajak ke hutan untuk mencari burung, dengan iming-iming diberi makanan ringan. Saat di hutan itulah anak-anak dicabuli. “Selama itu, anak-anak tidak ada yang berani melapor. Hanya ada empat anak yang berani melapor,” kata Rini.
Pihaknya kini melakukan pembinaan terhadap keluarga TKI dan membentuk jaringan satgas anak di desa untuk mencegah kekerasan terhadap anak. Saat ini baru ada 17 desa yang sudah terbentuk. “Rencananya tiap desa harus ada satgas anak,” katanya.
Muhammad Subhan, 43 tahun, tokoh masyarakat Desa Tegalglagah, Kecamatan Bulakamba, Brebes, mengakui wilayah kantong TKI memang rawan kekerasan seksual terhadap anak. Desa Tegalglagah merupakan salah satu basis TKI di Brebes. “Ini tidak bisa dipungkiri, seorang ayah atau suami yang ditinggal istri bekerja ke luar negeri, akan melampiaskan hasrat seksualnya kepada siapa pun, termasuk kepada anaknya sendiri,” ujarnya.
info media