NGEBEL –
Permukiman warga Desa Talun, Kecamatan Ngebel, dinyatakan rawan
diterjang longsor. Hal itu dipastikan tim Pusat Vulkanologi Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG) Bandung usai meninjau sejumlah titik pergerakan
tanah di desa tersebut. Pasalnya, jalur longsor langsung mengarah ke
permukiman tempat ratusan warga Talun tinggal.
Penyelidik
Bumi Utama PVMBG Bandung, Suranta menjelaskan, saat ini tanah di titik
retakan utama desa tersebut sudah turun sekitar 1,5 meter. Pun,
panjangnya mencapai sekitar 400 meter. Dia menyebut, retakan tersebut
berjenis nendatan atau luncuran langsung ke bawah. Artinya,
sewaktu-waktu retakan tersebut bisa berkembang menjadi longsoran.
‘’Pengalaman selama ini nendatan memang kerap berakhir menjadi
longsor,’’ katanya, kemarin (22/4).
Menurut
Suranta, itu karena tanah di bukit Banyon yang terletak di timur
permukiman Desa Talun bersifat gembur. Susunan tanah bukit tersebut
terdiri dari tanah hitam atau tanah vulkanik. Menurutnya, tanah tersebut
mudah goyang terutama jika diguyur air hujan. Apalagi, puncak musim
hujan juga belum bisa diprediksi. ‘’Satu imbauan saya, tingkatkan
kewaspadaan selama musim hujan masih berlangsung. Sebaiknya warga tetap
mengungsi saat hujan dan malam hari,’’ paparnya.
Suranta
menyebut, longsoran tanah yang bersumber dari retakan di Talun akan
sulit berhenti total. Apalagi, jalur longsoran diprediksi mengarah ke
permukiman warga yang ada di sebelah barat. Tepatnya, warga RT 5/1 dan
RT 6/1, lalu mengarah ke barat-selatan. Dua rumah terdekat di RT 6/1
dipastikan bakal jadi jujukan pertama longsoran tersebut. ‘’Seandainya
di jalur longsoran terdapat lembah yang bisa menampung material longsor,
maka bisa berhenti disana. Sayangnya tidak ada dan langsung ke rumah
penduduk,’’ terangnya.
Dia
mengatakan, pepohonan pinus yang berdiri tegak di sepanjang lereng bukit
tidak bisa menahan longsoran tanah. Sebab, jenis akar pohon pinus tidak
cukup dalam menembus lereng yang merupakan bidang gelincir longsor.
Menurutnya pohon-pohon pinus yang ada malah justru berbahaya. Pepohonan
pinus hanya akan menambah beban lereng, dengan jenis tanah yang siap
tergoyang air hujan. Selain itu, pepohonan pinus di lereng bukit
tersebut rata-rata sudah berusia tua. Cengkeraman akar ke dalam tanah
jadi lebih lemah dibanding pohon pinus muda. ‘’Lereng bukit punya batas
maksimal beban. Oleh karena itu perlu mengetahui kapan waktunya
peremajaan pohon di lereng bukit,’’ jelasnya.
Sementara
itu, Sekretaris Desa Talun Suparman menjelaskan, pihaknya belum
mempertimbangkan warga yang berada di jalur longsoran untuk direlokasi
secara permanen. Dia menyadari jika jalur longsoran jelas-jelas mengarah
ke permukiman. Namun demikian, tidak serta merta warga harus dipindah
secara permanen. ‘’Sejauh ini warga tetap mengungsi sesuai arahan
BPBD,’’ sebutnya.
Selain
itu, warga desanya juga tidak mempermasalahakan instruksi mengungsi
tersebut, karena sadar keselamatan. Warga mengungsi di balai desa dan
rumah kerabat yang lebih aman. Sementara, khusus untuk warga RT 3/2 bisa
mengungsi di rumah ketua RT setempat dan masjid. Untuk logistik,
Suparman menyatakan masih aman hingga satu pekan ke depan. ‘’Kami
sepenuhnya menyerahkan kepada hasil penyelidikan PVMBG dan rekomendasi
BPBD. Instruksinya seperti apa akan kami ikuti,’’ ujarnya