info mediaMADIUN - Sejumlah petani di Desa Krajan, Madiun, Jawa Timur terpaksa gigit jari melihat tanaman padi mereka ludes diserang hama wereng. Akibatnya hasil tani itu terancam gagal panen.
"Biar tidak merugi terlalu banyak, tanaman yang kondisinya masih bagus kami panen lebih awal," ujar Wiji, salah seorang petani Dusun Ngablak, seperti dikutip dari JPNN, Senin (20/2/2017).
Ia mengungkapkan, dari luas satu hektare tanaman padi miliknya, kondisi yang masih terbilang bagus hanya tersisa seperempat. Selebihnya, daunnya mengering dan batangnya putus karena dimakan hama wereng.
"Kalau tidak segera dipanen, yang lain bisa ketularan (diserang wereng-red),'' katanya.
Menurut dia, ancaman wereng kali ini terbilang ganas dan cepat menyerang ke tanaman padi lainnya. Berpindah dari satu sawah ke yang lain dan berkembang biak dengan cepat.
"Serangan wereng baru muncul dua minggu yang lalu. Tapi, dampaknya sudah seperti ini," tutur Wiji.
Ia menjelaskan, saat ini padi di lahan sawahnya berusia belum genap 100 hari. Padahal, panen biasanya dilakukan pada 105-110 hari. Karena dipanen lebih awal, kondisi gabah pun masih basah hingga harga di pasaran anjlok.
Jika dalam kondisi normal, satu kilogram berharga Rp4 ribu, tapi saat ini hanya Rp3 ribu. Di sisi lain, Wiji mencoba memanen tanaman padi miliknya yang terkena hama wereng. Dengan harapan, masih ada sisa-sisa bulir padi yang bisa dijual atau setidaknya dikonsumsi sendiri.
"Kalau masih ada sisa, kondisinya biasanya sudah rusak. Harganya juga rendah,'' ungkapnya.
Wiji mengaku sudah berupaya melakukan penyemprotan dengan cairan insektisida. Hasilnya, hama wereng sempat menghilang beberapa hari, tapi muncul lagi. Upaya dengan membakar tanaman padi yang mengering juga sudah dilakukan. Namun, hasilnya lagi-lagi nihil.
Disinggung soal asuransi usaha tanam padi (AUTP), Wiji mengaku tidak ikut serta. "Ya, enggak sampai kepikiran ke sana (ikut AUTP-red). Saya cuma menanam dan berharap bisa tumbuh baik," tutupnya