PONOROGO
"Hujan yang mengguyur semalaman di Ponorogo mengakibatkan luapan banjir anak sungai Bengawan Solo menerjang desa di Kecamatan Kauman, Sukorejo dan Sampung meluap membanjiri rumah dan sawah warga," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ponorogo, Setyo Budiono, Kamis (2/2/2017) siang.
Genangan air akibat luapan banjir anak Sungai Bengawan Solo mencapai ketinggian 70 cm di rumah warga.
Dilaporkan sementara, rumah yang terdampak banjir mencapai puluhan rumah dan beberapa hektar sawah. Dia menyebutkan, enam desa di tiga kecamatan yang terdampak akibat banjir luapan anakan sungai Bengawan Solo.
Keenam desa itu yakni satu desa di Kecamatan Sampung, Desa Ringin Putih, dua desa di Kecamatan Kauman, Desa Maron, Desa Sumoroto, dan dua desa di Kecamatan Sukorejo, Desa Sidorejo serta Desa Sukorejo.
Budi menuturkan, meluapnya anak sungai Bengawan Solo sepanjang lima kilometer itu sudah menjadi langganan warga dalam tiga tahun terakhir saat musim penghujan tiba. Kondisi itu terjadi karena anak sungai Bengawan mengalami pendangkalan yang signifikan sehingga tidak bisa menampung air lebih banyak.
"Kondisi ini sudah menjadi langganan warga saat hujan deras. Air biasa menggenang rumah, jalan dan sawah," ungkap Budi.
Menurut dia, diperlukan pengerukan dasar sungai agar tidak terjadi luapan air saat banjir tiba. Hanya saja Pemkab Ponorogo tidak memiliki kewenangan untuk melakukan pengerukan.
Budi menuturkan, pengerukan anak sungai bengawan Solo menjadi kewenangan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Solo di Solo, Jawa Tengah.
Warga setempat sudah berulang kali mengusulkan pengerukan sungai namun belum direspon sama sekali. Padahal pendangkalan sungai setiap tahun bertambah. Dengan demikian, luapan anakan sungai bisa bertambah besar.