Selasa, 19 Juli 2016

Kontak tembak di Poso, dua pria bersenjata tewas

info media

Kepolisian Sulawesi Tengah mengatakan berlangsung kontak tembak dengan lima orang tidak dikenal bersenjata di Poso, tempat berlangsungnya Operasi Tinombala selama ini.
"Pascakontak tembak kita melakukan penelusuran dan dua orang tidak dikenal tewas, dengan jenis kelamin laki-laki bersama satu senjata jenis M-16," jelas Wakapolda Sulawesti Tengah, Kombes Leo Bona Lubis, yang juga menjabat Kasatgas Operasi Tinombala.
Tembak menembak dengan 'lima orang tak dikenal' itu terjadi pada Senin (18/07) sore waktu setempat setelah selama 13 hari dilakukan pengembangan atas informasi yang diperoleh.
Kombes Leo Bona Lubis menambahkan belum bisa dipastikan identitas dari kedua korban yang tewas, yang salah seorang disebut-sebut mirip dengan Santoso, terduga pemimpin kelompok militan yang selama ini diburu aparat keamanan Indonesia.
"Kita menunggu proses identifikasi baik melalui post-mortem dan identifikasi berdasarkan ciri-ciri. Untuk sementara dari kedua jenazah itu patut diduga salah satunya adalah Santoso," kata Kombes Leo Bona Lubis kepada wartawan BBC, Liston Siregar.
Diperkirakan masih diperlukan waktu sekitar lima hingga enam jam untuk membawa kedua jenazah dari tempat kejadian agar bisa diidentifikasi.
Wilayah yang menjadi sasaran Operasi Tinombala di Poso disebut-sebut merupakan basis kelompok bersenjata pimpinan Santoso alias Abu Wardah, yang pernah mendeklarasikan bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.
Polisi meyakini bahwa seorang yang tewas dalam baku tembak dengan aparat keamanan di Kabupaten Parimo Sulawesi Tengah, Jumat (3/4) adalah terduga teroris Daeng Koro, namun untuk kepastiannya masih akan dilakukan pemeriksaan DNA.
Juru bicara kepolisian, Kombes Pol Drs. Agus Rianto kepada Ging Ginanjar dari BBC Indonesia mengungkapkan, Sabar Subagyo alias Mas Koro alias Daeng Koro, adalah salah satu pemimpin kelompok teroris jaringan Santoso di Poso.
"Jumat kemarin terjadi kontak tembak antara tim gabungan Densus 88 dan Polda Sulteng, dengan sekelompok orang bersenjata di pegunungan Sakina Jaya, daerah Parigi. Salah salah satunya meninggal dunia. Kami sudah evakuasi untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Kita lakukan identifikasi, ternyata dia adalah Daeng Koro. Tapi kami masih harus cross check dan mencocokkan DNA-nya dengan keluarganya yang ada di Makasar," papar Agus Rianto.
"Dalam penyergapan itu, kami menyita dua pucuk senjata semiotomatis M-16 dan sejumlah senjata rakitan.
Ditanya, mengapa polisi tidak menangkap hidup-hidup, Agus Rianto menjawab, "Anda harusnya menanyakan hal itu bukan kepada kami, melainkan kepada mereka: mengapa mereka tidak mau menyerah."
Menurut Agus, berdasarkan informasi yang diperoleh polisi, sekelompok terduga teroris jaringan Santoso Abu Wardah yang sudah lama diburu polisi, tampak di sekitar pegunungan Sakina Jaya.
Ketika dilakukan penyergapan ke sebuah pondok di atas gunung, kata Agus Riyanto, kelompok yang ditaksir berjumlah sekitar 12 orang itu tak bersedia menyerah.
"Justru mereka menembaki kami, dan menyerang dengan bahan peledak."
Kendati, kata Agus Rianto, hanya satu peledak rakitan yang meledak.
Terjadi baku tembak yang menewaskan orang yang diduga Daeng Koro, sementara 11 orang lainnya berhasil meloloskan diri, dan masih dikejar.
Menurut laporan portal berita Tempo, baku tembak berlangsung pukul 15.30 WITA, selama sekitar 20 menit.
Di pihak polisi, tak ada yang terkena tembakan.
BBC belum bisa memperoleh keterangan mengenai kejadian ini dari pihak lain di lapangan.
Ditanya, apakah ada kaitan penyergapan ini dengan latihan militer TNI di Poso yang oleh beberapa kalangan diduga merupakan bagian dari upaya mendesak kelompok Santoso, Agus Rianto menampik.
Ia menyebut, kerja sama selalu ada, namun masing-masing punya kewenangan sendiri-sendiri.
Kelompok Santoso diduga telah secara resmi menyatakan kesetiaan kepada kelompok yang menamakan diri negara Islam atau ISIS.
Load disqus comments
Comments
0 Comments

0 komentar