Rabu, 27 April 2016

Wali Kota Yogyakarta Geram Warganya di teror

 


Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti geram terhadap aksi penyayatan pada dua pelajar dan satu mahasiswa di Yogyakarta. Haryadi tidak habis pikir dengan perilaku keji tersebut.

"Ini perilaku keji yang benar-benar tidak jelas maunya apa. Saya benar-benar mengutuk keras perilaku ini dan pelakunya harus segera ditangkap," ujarnya di Balai Kota Yogyakarta, Rabu (27/4).

Haryadi mengaku sudah berkoordinasi dengan Polresta Yogyakarta terkait kasus tersebut. Pihak polisi sendiri kata dia, baru dalam proses penyidikan kasus tersebut. "Saya harap masyarakat bersabar, beri ruang aparat untuk bergerak. Saya yakin ini akan segera tertangkap," katanya.

Haryadi juga meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Masyarakat harus lebih jeli melihat gerak-gerik orang di lingkungannya. "Jika ada orang asing mencurigakan segera laporkan ke aparat. Kewaspadaan perlu," katanya. Dinas Ketertiban Yogyakarta, kata dia, akan terus melakukan patroli bersama aparat kepolisian. Diduga pelaku memang mengincar korban perempuan. Karena ada orang lain di depan para korban, namun tidak ditarget oleh pelaku. Kenyataannya, tiga korban adalah wanita muda.

Saat ini, banyak orang tua di Kota Yogyakarta cemas setelah beredar kasus penyayatan lengan pelajar di Kotagede, Yogyakarta pada Senin siang. Banyak orang tua yang tidak memperbolehkan anaknya berangkat dan pulang sekolah naik sepeda sendirian.

"Bagaimana tidak was-was, pelakunya belum tertangkap. Saya memilih antar jemput sekolah. Bahkan, saat jemput pulang saya tunggu sejak awal sebelum bel keluar sekolah," kata Nensi (32 tahun), warga Prenggan, Kotagede, Yogyakarta.
Menurut Nensi, sebelum kasus penyayatan pelajar terjadi, putranya yang duduk di kelas 3 SD swasta di Kotagede selalu naik sepedaa saat berangkat dan pulang sekolah. Apalagi jarak sekolah juga tidak terlalu jauh. Nensi juga membatasi anaknya keluar rumah usai sekolah.

Hal senada dilakukan Isti Solehah (36). Warga Bantul ini memang sering antar jemput putrinya sekolah di Oa Yogyakarta. Namun ibu dua anak ini memilih menjemput putrinya lebih awal dari biasanya. Dia khawatir saat putrinya menunggu jemputan di depan sekolah, pelaku penyayatan itu datang.

"Jadi parno (paranoid), cemas terus bawaanya," katanya.

Diberitakan sebelumnya, pada Senin siang (25/4), seorang siswi kelas VI SD Nadila Eka Ratnawati (12) pulang sekolah di kawasan Kotagede Yogyakarta mengendarai sepeda seorang diri. Baru beberapa meter keluar dari gerbang sekolahnya, Dila dipepet oleh seorang pengendara motor yang tak dikenal.
Tanpa sebab yang jelas, pelaku langsung mengeluarkan benda yang korban duga cutter, lalu diarahkan ke lengan kanan korban.

Akibatnya, korban terluka sayatan sedalam 1,5 sentimeter dan mendapat 20 jahitan. Tak jauh dari tempat tersebut, seorang siswi SMK, Karni (16) juga dipepet orang yang diduga sama dengan yang menyerang Dila.

Pelaku langsung menyayat lengan kanan korban. Sedangkan di wilayah Umbulharjo, seorang mahasiswi Nely Ratnasari (19) dipepet pelaku di Jalan Janturan sekitar pukul 13.00. Pelaku juga menyayat lengan kanan korban.

Hingga saat ini, pelaku masih buron polisi. Aparat kepolisian masih mengumpulkan keterangan dari korban untuk memburu pelaku tersebut.
Kepolisian Sektor (Polsek) Kotagede saat ini terus mengumpulkan bukti dan keterangan saksi untuk mengungkap kasus penyayatan siswa dan mahasiswa di Yogyakarta pada awal pekan, lalu. Kanit Reskrim Polsek Kotagede Iptu Edi Subhekti mengatakan, berdasarkan keterangan beberapa saksi mata, penyayatan yang dilakukan pelaku diperkirakan menggunakan pisau tajam, namun tidak jelas apakah jenis cutter atau apa.

"Pelaku juga nampak tenang, karena usai menyayat korban pelaku tidak melajukan kendaraan dengan cepat. Baru setelah diburu warga pelaku mempercepat kendaraanya," ujarnya
Load disqus comments
Comments
0 Comments

0 komentar