Warga
Dusun Krajan, Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung mulai mengungsi. Mereka takut
jika sewaktu-waktu rumahnya roboh dan nyawa keluarga terancam. Pasalnya, rumah
mereka sudah retak-retak karena pergerakan tanah yang semakin parah. Kerusakan
rumah yang dialami beberapa warga bahkan sudah mencapai separonya.
Kepala Dusun Krajan
Mujianto mengatakan warganya mulai mengungsi terhitung sejak Minggu (24/4).
Total sebanyak 12 KK mengungsi ke tenda pengungsian darurat yang dipasang di
halaman rumah penduduk. Mereka mengungsi setiap sore dan bermalam di tenda.
‘’Tenda dari dinsos (Dinsosnakertrans Ponorogo, Red) yang datang Minggu,’’
katanya, kemarin (25/4).
Tenda tersebut cukup
luas dan mampu menampung 12 KK yang mengungsi. Hanya, tidak ada alas bagi warga
yang mengungsi di tenda. Mereka harus membawa alas tidur sendiri. Pun dengan
logistik. ‘’Ada kiriman sembako, tapi masih kurang,’’ tuturnya.
Menurut Mujianto,
keputusan mengungsi adalah inisiatif warga. Alasannya, mereka tak mau
mempertaruhkan keselamatan keluarganya. Sebab, retakan sudah merusak 29 rumah
dari 33 KK di lokasi rawan itu. Mereka semakin waswas saat hujan turun atau
malam hari. ‘’Sebab pergerakan tanah itu seringnya terjadi malam hari. Tentu
bahaya kalau sedang tidur,’’ terangnya.
Kabid Rehabilitasi
dan Rekonstruksi BPBD Ponorogo Hery Sulistyono menegaskan, pihaknya belum perlu
menginstruksikan warga Tugurejo mengungsi. Dia mengacu penelitian pergerakan
tanah di Tugurejo pada 2013 lalu oleh tim PVMBG Bandung. Dari hasil penelitian,
pergerakan tanah di Tugurejo masih dalam taraf aman. Pergerakan masih akan
berlanjut tapi belum mengarah terjadinya longsor. Hasil penelitian PVMBG
Bandung juga menyebut warga tidak perlu relokasi permanen.
Secara umum,
fenomena gerakan tanah di Tugurejo, Slahung mirip dengan di Talun, Ngebel.
Hanya, karakter tanahnya berbeda. Di Talun cenderung gembur sehingga mudah
bergerak saat diguyur hujan. ‘’Itu yang menyebabkan tanah bergerak dan
berpotensi terjadi longsoran,’’ jelasnya.
Sementara di
Tugurejo, karakter tanah cenderung keras. Sehingga tidak terlalu berpengaruh
langsung ketika diguyur hujan. Air akan mengalir dan tidak tertampung di dalam
tanah sehingga masih stabil. Tipikal retakan di Tugurejo juga cenderung
berkelanjutan dan sulit berhenti. Sehingga, banyak rumah warga retak-retak.
‘’Sehingga kami tidak mengeluarkan instruksi mengungsi atau mencanangkan status
siaga di Tugurejo,’’ ujarnya sembari menyebut status siaga di Talun tidak akan
dicabut sampai akhir April.