Washington - Komando Cyber pada militer Amerika Serikat (AS) tengah bekerja untuk menghancurkan koneksi internet militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Misi ini bertujuan membuat ISIS terisolasi secara virtual.
Disampaikan Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter, seperti dilansir AFP, Jumat (29/4/2016), misi Komando Cyber atau CYBERCOM yang bersifat rahasia ini merupakan operasi besar pertama yang dilakukan militer AS di dunia maya. Carter menyebut CYBERCOM berperan penting dalam operasi koalisi pimpinan AS dalam melawan ISIS di Suriah dan Irak yang berlangsung sejak tahun lalu.
"Tujuannya adalah mengacaukan komando dan pusat kendali ISIL (nama lain ISIS), menghambat kemampuan ISIS untuk memindahkan uang, mengganggu kemampuan ISIS dalam menindas dan mengendalikan populasinya, mengganggu kemampuan ISIS merekrut anggota secara eksternal," terang Carter kepada anggota parlemen dari Komisi Senat Urusan Angkatan Bersenjata yang mengawasi militer AS.
"Kami mengebom mereka (ISIS) dan kami akan memutus internet mereka dan seterusnya," imbuhnya soal tekad AS menghancurkan ISIS.
Secara terpisah, penasihat militer Carter, Jenderal Joe Dunford, yang juga menjabat Kepala Staf Gabungan menyatakan, tujuan dari misi dunia maya ini adalah memutus jalur komunikasi ISIS yang masih merajalela di Suriah dan Irak.
"Efek keseluruhan yang ingin kami capai adalah isolasi virtual. Ini sangat melengkapi aksi fisik kami di lapangan dan fokus khususnya ialah operasi eksternal yang mungkin dilakukan ISIL," jelas Dunford.
AS meluncurkan koalisi internasional melawan ISIS sejak Agustus 2014 lalu, setelah ISIS menyerbu sejumlah wilayah Irak dan Suriah dengan membunuh warga dan tentara setempat, kemudian menerapkan hukum syariat versi mereka yang keji.
Anggota parlemen AS berulang kali menyatakan rasa frustrasi karena selang 2 tahun, ISIS masih menguasai sejumlah wilayah penting di Suriah dan Irak. Carter dan Presiden Barack Obama sejak lama bersikeras satu-satunya cara mengalahkan ISIS adalah dengan melatih dan mempersenjatai pasukan lokal untuk melawan ISIS secara langsung. Kehadiran tentara AS untuk bertempur langsung dengan ISIS dianggap akan memicu konflik baru.