New York – Amerika Serikat mengumumkan dalam pernyataan
resmi, Senin (22/02), bahwa pihaknya dan Rusia menyepakati gencatan
senjata di Suriah. Kedua sepakat menghentikan permusuhan sementara dan
mulai menerapkan gencatan senjata pada Sabtu malam mendatang.
Wartawan Al-Jazeera melaporkan bahwa kesepakatan itu berisi menghentikan permusuhan dan gencatan senjata yang dimulai pada tengah malam tanggal 27 Februari mendatang. Gencatan senjata ini mencakup faksi-faksi yang menyatakan bersedia atas gencatan senjata ini, kecuali Jabhah Nusrah dan ISIS.
Kesepakatan itu mengharuskan faksi-faksi bersenjata menahan serangan sejak tanggal 26 sore bulan Februari. AS dan Rusia bertukar informasi dan berkoordinasi untuk menerapkan kesepatan ini.
Termasuk isi kesepakatan AS-Rusia itu, membentuk tim untuk memetakan wilayah-wilayah yang dikontrol ISIS dan Jabhah Nusrah untuk menjadi target, meski gencatan senjata diberlakukan. Kesepakatan itu juga melarang jet tempur Suriah dan Rusia menyerang wilayah oposisi.
Wartawan Al-Jazeera di New York Raid Faqih menambahkan, masih terdapat perdebatan bagaimana menyikapi Jabhah Nusrah. Pasalnya, para pejuang mereka telah menyebar dan membaur dengan pejuang lain yang dianggap “moderat”.
Di sisi lain, Rusia meminta Jaisyul Islam dan Ahrar Al-Syam dimasukkan dalam organisasi teroris. Sehingga, keduanya tidak termasuk dalam gencatan senjata yang disepakati ini.
Sumber: Al-Jazeera
Penulis: Hunef Ibrahim
Wartawan Al-Jazeera melaporkan bahwa kesepakatan itu berisi menghentikan permusuhan dan gencatan senjata yang dimulai pada tengah malam tanggal 27 Februari mendatang. Gencatan senjata ini mencakup faksi-faksi yang menyatakan bersedia atas gencatan senjata ini, kecuali Jabhah Nusrah dan ISIS.
Kesepakatan itu mengharuskan faksi-faksi bersenjata menahan serangan sejak tanggal 26 sore bulan Februari. AS dan Rusia bertukar informasi dan berkoordinasi untuk menerapkan kesepatan ini.
Termasuk isi kesepakatan AS-Rusia itu, membentuk tim untuk memetakan wilayah-wilayah yang dikontrol ISIS dan Jabhah Nusrah untuk menjadi target, meski gencatan senjata diberlakukan. Kesepakatan itu juga melarang jet tempur Suriah dan Rusia menyerang wilayah oposisi.
Wartawan Al-Jazeera di New York Raid Faqih menambahkan, masih terdapat perdebatan bagaimana menyikapi Jabhah Nusrah. Pasalnya, para pejuang mereka telah menyebar dan membaur dengan pejuang lain yang dianggap “moderat”.
Di sisi lain, Rusia meminta Jaisyul Islam dan Ahrar Al-Syam dimasukkan dalam organisasi teroris. Sehingga, keduanya tidak termasuk dalam gencatan senjata yang disepakati ini.
Sumber: Al-Jazeera
Penulis: Hunef Ibrahim