info media
Ponorogo,
Ada pemandangan yang berbeda dalam kegiatan Bulan Dakwah yang digelar oleh Muslimat NU Kecamatan Siman, Ponorogo, pada Ahad (19/2) lalu. Di tengah kegiatan pengajian, sejumlah pelajar berlalu lalang membawa dan menawarkan dagangan berupa susu kedelai, kerupuk, hingga ketela rambat kepada Ibu-ibu muslimat yang hadir.
Bak pedagang asongan, para pelajar itu tanpa canggung mengelilingi tiap jengkal tempat duduk yang ditempati oleh ibu-ibu Muslimat yang sedang mendengarkan pengajian yang disampaikan oleh salah seorang kiai itu.
Ada yang aneh. Bukankah itu adalah acara pengajian dan bukan merupakan tempat berjualan?
Selidik punya selidik, ternyata para pelajar kreatif itu merupakan kader IPNU-IPPNU Ranting Mangunsuman, Siman, Ponorogo, yang sedang belajar berwirausaha melalui Lembaga Ekonomi dan Kewirausahaan (Lekas) dengan menjual ketela rambat sebagai produk unggulanya.
Ketika ditanya mengapa memilih tempat pengajian sebagai pasarnya, Pembina IPNU-IPPNU Ranting Mangunsuman, Andriyan Bimeko Diarso menjelaskan bahwa setiap kegiatan pengajian bulan dakwah Muslimat NU ini diikuti oleh sekitar seribu lima ratus jamaah. Menurutnya, Dimana ada sebuah keramaian berarti disitu ada peluang.
"Semboyan kami, 10 orang adalah pasar," ujarnya saat berbincang dengan NU Online.
Andriyan melanjutkan, Ide berwirausaha itu pertama kali muncul setelah melihat selama ini kepengurusan IPNU-IPPNU terkhusus yang berada di tingkat ranting terkesan hanya dijadikan sebuah formalitas belaka. Kegiatannya pun dianggapnya kurang jelas dan tidak dipetakan sesuai jabatan di struktur.
"Maka dari itu, kita sebagai pembina berperan aktif dan berusaha mengarahkan setiap kegiatan itu dilaksanakan oleh masing-masing departemen atau lembaga. Dan program jualan/usaha itu merupakan progam kerja dari lembaga Lekas. Dan jualan itu bentuk realisasi dari hasil program kerja," jelasnya.
Untuk sementara, program jualan tersebut masih akan fokus pada acara pengajian yang digelar di lingkungan Muslimat NU. Mengingat terlebih dahulu para kader harus memperkuat pondasi mental serta manajemen usaha.
"Kita masih akan fokus di majelisnya ibu-ibu muslimat. Karena harapan kami pasar itu nanti akan dikuasai oleh kita (IPNU-IPPNU) yang ada di Kecamatan Siman. Karena sementara PR IPNU-IPPNU yang bergerak dalam berwirausaha seperti itu masih Ranting Mangunsuman," katanya.
Program jualan ini ternyata mendapat sambutan yang positif dari kader IPNU-IPPNU sendiri dan juga ibu-ibu pengajian Muslimat. Awalnya, para kader merasa pesimis bisa menjalankan program berwirausaha ini. Dengan berbagai alasan, seperti merasa canggung, malu dan takut jualannya tidak laku. Namun setelah terjun langsung di lapangan rasa percaya diri mereka mulai tumbuh.
"Bukan hasil yang kita targetkan, bukan untung yang kita cari. Tapi membangun mental berwirausaha itu yang kita tanamkan pada mereka. Hasil itu nomor dua, nomor satunya adalah Proses. Proses membangun mental, proses memanagement modal usaha agar bisa diputar," tuturnya.
Dia semakin optimis program berjualan ini kedepanya akan berkembang. Para kaderpun berkomitmen dan siap berkompetisi dengan para kompetitor lain yang kurang lebih berjumlah 20 kompetitor yang berjualan di lokasi majlis bulan dakwah Muslimat NU.
"Awalnya kita pesimis. Kita jualan ketela itu sebanyak 100 kg. Alhamdulillah kita buka stand mulai jam 8 pagi sampai jam 11 siang sudah habis. Sedangkan acara muslimat baru selesai jam 1 siang," katanya sambil tersenyum.
Andriyan memberi bocoran mengenai ide kenapa yang dijual adalah ketela rambat. "Sebenarnya ketela bukan pilihan kami, tapi pilihan para ibu-ibu muslimat. Pilihan ketela itu muncul sebab jamaah majlis itu adalah ibu-ibu yang delapan puluh persen dari mereka berasal dari pedesaan," imbuhnya.
Hal itulah yang menjadi acuan dalam berjualan. Lalu dari manakah mereka mendapatkan ketela rambat itu?." Ketela rambat ini langsung kita ambil dari pasar induk di salah satu Kabupaten tetangga. Yang harganya kita bisa menjual lebih rendah dibanding penjual ketela yang lain. 2500/kg untuk ketela Cilembu, Ketela ungu 3000/kg. Dan ketela rambat putih 2000/kg," tandasnya.
Program jualan ini dilakukan langsung oleh pengurus dan kader IPNU-IPPNU Mangunsuman. Mereka yang terjun menawarkan dagangannya adalah Ketua IPNU Rudi Hartono, Ridwan Wakil Ketua, Sultan Hamid sebagai Manager Lekas, Ketua IPPNU Citra, Elsa Wakil Ketua IPPNU dan Manager Lekas, Wafi. (Zaenal Faizin/Fathoni)
Ponorogo - Ada pemandangan yang berbeda dalam kegiatan Bulan Dakwah yang digelar oleh Muslimat NU Kecamatan Siman, Ponorogo, pada Ahad (19/2) lalu. Di tengah kegiatan pengajian, sejumlah pelajar berlalu lalang membawa dan menawarkan dagangan berupa susu kedelai, kerupuk, hingga ketela rambat kepada Ibu-ibu muslimat yang hadir.
Bak pedagang asongan, para pelajar itu tanpa canggung mengelilingi tiap jengkal tempat duduk yang ditempati oleh ibu-ibu Muslimat yang sedang mendengarkan pengajian yang disampaikan oleh salah seorang kiai itu.
Ada yang aneh. Bukankah itu adalah acara pengajian dan bukan merupakan tempat berjualan?
Selidik punya selidik, ternyata para pelajar kreatif itu merupakan kader IPNU-IPPNU Ranting Mangunsuman, Siman, Ponorogo, yang sedang belajar berwirausaha melalui Lembaga Ekonomi dan Kewirausahaan (Lekas) dengan menjual ketela rambat sebagai produk unggulanya.
Ketika ditanya mengapa memilih tempat pengajian sebagai pasarnya, Pembina IPNU-IPPNU Ranting Mangunsuman, Andriyan Bimeko Diarso menjelaskan bahwa setiap kegiatan pengajian bulan dakwah Muslimat NU ini diikuti oleh sekitar seribu lima ratus jamaah. Menurutnya, Dimana ada sebuah keramaian berarti disitu ada peluang.
"Semboyan kami, 10 orang adalah pasar," ujarnya
Andriyan melanjutkan, Ide berwirausaha itu pertama kali muncul setelah melihat selama ini kepengurusan IPNU-IPPNU terkhusus yang berada di tingkat ranting terkesan hanya dijadikan sebuah formalitas belaka. Kegiatannya pun dianggapnya kurang jelas dan tidak dipetakan sesuai jabatan di struktur.
"Maka dari itu, kita sebagai pembina berperan aktif dan berusaha mengarahkan setiap kegiatan itu dilaksanakan oleh masing-masing departemen atau lembaga. Dan program jualan/usaha itu merupakan progam kerja dari lembaga Lekas. Dan jualan itu bentuk realisasi dari hasil program kerja," jelasnya.
Untuk sementara, program jualan tersebut masih akan fokus pada acara pengajian yang digelar di lingkungan Muslimat NU. Mengingat terlebih dahulu para kader harus memperkuat pondasi mental serta manajemen usaha.
"Kita masih akan fokus di majelisnya ibu-ibu muslimat. Karena harapan kami pasar itu nanti akan dikuasai oleh kita (IPNU-IPPNU) yang ada di Kecamatan Siman. Karena sementara PR IPNU-IPPNU yang bergerak dalam berwirausaha seperti itu masih Ranting Mangunsuman," katanya.
Program jualan ini ternyata mendapat sambutan yang positif dari kader IPNU-IPPNU sendiri dan juga ibu-ibu pengajian Muslimat. Awalnya, para kader merasa pesimis bisa menjalankan program berwirausaha ini. Dengan berbagai alasan, seperti merasa canggung, malu dan takut jualannya tidak laku. Namun setelah terjun langsung di lapangan rasa percaya diri mereka mulai tumbuh.
"Bukan hasil yang kita targetkan, bukan untung yang kita cari. Tapi membangun mental berwirausaha itu yang kita tanamkan pada mereka. Hasil itu nomor dua, nomor satunya adalah Proses. Proses membangun mental, proses memanagement modal usaha agar bisa diputar," tuturnya.
Dia semakin optimis program berjualan ini kedepanya akan berkembang. Para kaderpun berkomitmen dan siap berkompetisi dengan para kompetitor lain yang kurang lebih berjumlah 20 kompetitor yang berjualan di lokasi majlis bulan dakwah Muslimat NU.
"Awalnya kita pesimis. Kita jualan ketela itu sebanyak 100 kg. Alhamdulillah kita buka stand mulai jam 8 pagi sampai jam 11 siang sudah habis. Sedangkan acara muslimat baru selesai jam 1 siang," katanya sambil tersenyum.
Andriyan memberi bocoran mengenai ide kenapa yang dijual adalah ketela rambat. "Sebenarnya ketela bukan pilihan kami, tapi pilihan para ibu-ibu muslimat. Pilihan ketela itu muncul sebab jamaah majlis itu adalah ibu-ibu yang delapan puluh persen dari mereka berasal dari pedesaan," imbuhnya.
Hal itulah yang menjadi acuan dalam berjualan. Lalu dari manakah mereka mendapatkan ketela rambat itu?." Ketela rambat ini langsung kita ambil dari pasar induk di salah satu Kabupaten tetangga. Yang harganya kita bisa menjual lebih rendah dibanding penjual ketela yang lain. 2500/kg untuk ketela Cilembu, Ketela ungu 3000/kg. Dan ketela rambat putih 2000/kg," tandasnya.
Program jualan ini dilakukan langsung oleh pengurus dan kader IPNU-IPPNU Mangunsuman. Mereka yang terjun menawarkan dagangannya adalah Ketua IPNU Rudi Hartono, Ridwan Wakil Ketua, Sultan Hamid sebagai Manager Lekas, Ketua IPPNU Citra, Elsa Wakil Ketua IPPNU dan Manager Lekas, Wafi.