Senin, 04 April 2016

Serli Marlinda alias Linda Sebelum Audisi Linda Menginap di masjid


Serli Marlinda alias Linda harus pulang setelah tersenggol di babak Top 10 D’Academy 3 Indosiar, Selasa (1/4) lalu. Namun, dia patut berbangga lantaran tidak banyak orang Ponorogo yang mampu melangkah sejauh itu, setidaknya hingga sekarang. Selain itu, seabrek pengalaman yang didapat Linda selama mengikuti kompetisi dapat menjadi ilmu berharga bagi masyarakat Ponorogo. Kerja keras dan pantang menyerah salah satu pelajaran yang dapat diambil dari perempuan 27 tahun warga Desa Gupolo, Babadan itu. ‘’Alhamdulillah, bisa bertahan sampai babak sepuluh besar. Kalau mengingat perjalanan dari awal audisi, seperti mimpi saja,’’ kata Linda kepada Jawa Pos Radar Ponorogo.

Ucap syukur ibu satu anak tersebut bukannya tanpa alasan. Linda ingat benar kala perjalan panjang sejak audisi sekitar Oktober 2014 lalu. Linda sejatinya kurang berminat mengikuti audisi. Bahkan, dia selalu menolak permintaan keluarga untuk mengikuti audisi DA 1 dan 2 sebelumnya. Linda akhirnya berangkat saat audisi DA 3 digelar di Surabaya. Dia berangkat ditemani suami dan seorang teman yang juga mengikuti audisi. Benar saja, peserta audisi kala itu mencapai sekitar 5.000 orang. ‘’Saya dapat nomor audisi di atas seribu. Padahal sudah antre sejak pukul 05.30,’’ kenangnya.

Linda sengaja berangkat sehari sebelum audisi. Dia memilih bermalam di masjid dekat tempat audisi lantaran minimnya anggaran. Audisi dimulai. Tahap demi tahap dilalui Linda. Dia menyebut tahap 1 hingga 3 merupakan juri lokal. Penilaian bukan hanya soal bernyanyi. Namun, juga pengetahuan lagu. Peserta diminta menyebut penyanyi favorit. Konsekuensinya harus dapat menjawab pertanyaan terkait artis yang disebut itu. Terutama lagu yang dibawakan sang artis. ‘’Jadi benar-benar harus bisa menyanyi dan berwawasan luas,’’ terang istri Miftahul Lutfi itu.

Linda baru berhadapan dengan juri artis di tahap keempat. Hanya sebanyak 18 peserta yang berkesempatan bertemu Iis Dahlia, Saepul Jamil, dan Inul Daratista kala itu. Linda dan tujuh peserta lain mendapat golden tiket. Namun, hanya tiga orang yang berangkat ke Jakarta. Pun, pemberitahuan hanya melalui telepon. Linda akhirnya berangkat ke Jakarta awal Januari lalu. Kompetisi sesungguhnya dimulai. Dia bergabung dengan 34 peserta lain dari seluruh daerah yang memiliki kualitas bernyanyi jempolan. ‘’Kami wajib mengikuti karantina. Benar-benar ketat. Penilaian tidak hanya di atas panggung. Tapi juga sikap saat dikarantina. Semua rapor bisa sampai dewan juri di atas panggung,’’ ungkapnya.

Penampilan di atas panggung Linda cukup mulus seperti yang terlihat di layar kaca. Bahkan, dia selalu mendapat pujian juri. Tak urung, perolehan SMS turut tinggi. Dibalik penampilannya di atas panggung, Linda harus berjuang saat di karantina. Berbagai latihan wajib dilakoninya. Bukan hanya soal teknik menyanyi. Namun, juga koreografi hingga cara berbicara. Peserta tidak diperkenankan keluar tempat karantina. Semua kebutuhan dicukupi. Bahkan, peserta hanya diperbolehkan menelpon tak lebih setengah jam sehari. Peralatan komunikasi wajib masuk koper. ‘’Tidak ada yang tidak mungkin. Jangan menyerah sebelum mencoba,’’ katanya.
Load disqus comments
Comments
0 Comments

0 komentar