Ponorogo – Kalimat di plengkung panggung utama Alun-alun Ponorogo bakal tinggal kenangan. ‘Manunggale Cipto Roso Karso Agawe Rahayuning Bumi Reyog’ itu bakal diganti bupati Ipong Muchlissoni. Alasannya sederhana. Kalimat yang diartikan menyatunya semangat penciptaan, rasa, dan keinginan yang membuat lestari bumi reyog tersebut merupakan produk pemerintahan sebelumnya. ‘’Setelah saya pelajari, tulisan di plengkungan adalah visi misinya bupati. Berarti seharusnya yang tertulis visi misi saya,’’ kata Ipong.
Kendati begitu, bupati Ponorogo yang baru menjabat sepekan tersebut ogah diklaim terbanyangi pemerintahan lama melalui tulisan tersebut. Penggantian lebih sekadar penyamaan visi misi bupati berlatar belakang pengusaha itu. Kalimat dalam plengkungan panggung diklaim sudah tidak sesuai visi misinya. Penyamaan kalimat penting sebagai pengingat dirinya, para pejabat dan masyarakat Ponorogo. ‘’Kalau saya sudah melenceng dari visi misi tulisan itu bisa mengingatkan saya,’’ tambahnya.
Ipong mengaku masih mempertimbangkan sejumlah kalimat. Sebab, ada masukan yang mengharap kalimat tetap dalam bahasa Jawa. Ipong mengaku sudah disorongkan lima kalimat Jawa sesuai visi misinya. Selain itu, bapak tiga anak tersebut juga memiliki kalimat berbahasa Indonesia. Yakni, Menuju Ponorogo yang Maju, Berbudaya, dan Religius. Sejumlah kalimat opsi tersebut tengah dipertimbangkan Ipong. ‘’Saya pikir-pikir dulu sambil mencari hari yang pas,’’ katanya.
Bukan sekadar tulisan, dia juga berencana menyempurnakan wajah panggung utama alun-alun. Ipong menilai, panggung sudah waktunya dipugar. Apalagi, keberadaan panggung cukup penting saat event budaya. Namun, Ipong belum memikirkan konsep penyempurnaan secara keseluruhan. Selain itu, dia juga bakal merombak alun-alun. Konsep ruang terbuka hijau lebih ditonjolkan. Beberapa ikon yang berhubungan dengan budaya Ponorogo bakal ditambah. ‘’Prinsipnya penyempurnaan alun-alun. Termasuk panggung utama,’’ jelasnya. (agi/irw/Radar Madiun)
Kendati begitu, bupati Ponorogo yang baru menjabat sepekan tersebut ogah diklaim terbanyangi pemerintahan lama melalui tulisan tersebut. Penggantian lebih sekadar penyamaan visi misi bupati berlatar belakang pengusaha itu. Kalimat dalam plengkungan panggung diklaim sudah tidak sesuai visi misinya. Penyamaan kalimat penting sebagai pengingat dirinya, para pejabat dan masyarakat Ponorogo. ‘’Kalau saya sudah melenceng dari visi misi tulisan itu bisa mengingatkan saya,’’ tambahnya.

Ipong mengaku masih mempertimbangkan sejumlah kalimat. Sebab, ada masukan yang mengharap kalimat tetap dalam bahasa Jawa. Ipong mengaku sudah disorongkan lima kalimat Jawa sesuai visi misinya. Selain itu, bapak tiga anak tersebut juga memiliki kalimat berbahasa Indonesia. Yakni, Menuju Ponorogo yang Maju, Berbudaya, dan Religius. Sejumlah kalimat opsi tersebut tengah dipertimbangkan Ipong. ‘’Saya pikir-pikir dulu sambil mencari hari yang pas,’’ katanya.
Bukan sekadar tulisan, dia juga berencana menyempurnakan wajah panggung utama alun-alun. Ipong menilai, panggung sudah waktunya dipugar. Apalagi, keberadaan panggung cukup penting saat event budaya. Namun, Ipong belum memikirkan konsep penyempurnaan secara keseluruhan. Selain itu, dia juga bakal merombak alun-alun. Konsep ruang terbuka hijau lebih ditonjolkan. Beberapa ikon yang berhubungan dengan budaya Ponorogo bakal ditambah. ‘’Prinsipnya penyempurnaan alun-alun. Termasuk panggung utama,’’ jelasnya. (agi/irw/Radar Madiun)