Kamis, 11 Februari 2016

Jalan Longsor Penghubung Desa Talun dengan Gondowido di Kecamatan Ngebel



Ponorogo - Jalan penghubung Desa Talun dengan Gondowido di Kecamatan Ngebel terancam hilang dari peta Ponorogo. Pasalnya, longsor menggerus seluruh badan jalan sepanjang 15 meter. Ribuan warga di 15 RT Desa Gondowido dan sebagian di Desa Talun terpaksa memutar sekitar 20 kilometer melewati telaga Ngebel untuk ke kota. Sebagian rumah warga juga terpaksa tanpa penerangan lantaran longsor memutus jaringan listrik setempat.
 
Putusnya jalan akibat hajaran longsor, Selasa (9/2) tengah malam itu akibat hujan deras sedari pagi. Jalan makadam selebar tiga meter itu amblas sejauh 600 meter ke bawah. Ironisnya, longsor juga mengenai sebagian perkebunan warga. Bahkan, satu tiang listrik yang berada di pinggir jalan juga ikut teperosok. Ribuan kubik material longsor langsung menerjang perkebunan alpukat, jati, mahoni, kelapa, jagung, dan persawahan warga. ‘’Meskipun jalan desa tetapi termasuk akses transportasi utama untuk warga Desa Gondowido dan Talun,’’ kata Suwito warga setempat, kemarin (10/2).

Jalan penghubung Desa Talun dengan Gondowido di Kecamatan Ngebel, Jalan Longsor, Akses Putus, Listrik Mati

Akibat longsor tersebut, warga lima RT di Desa Talun dan ribuan lainnya di Desa Gondowido harus memutar puluhan kilometer menuju Pulung begitu sebaliknya. Warga di sisi timur lokasi longsor harus memutar menuju kawasan telaga Ngebel sebelum ke Pulung maupun ke kota. Padahal, warga cukup menempuh jarak separonya jika melalui jalan tersebut. Pun, jalan semakin sulit lantaran masih berupa makadam. ‘’Setiap hari ribuan warga lewat sini terutama yang mau ke pasar Sugihan, Pulung,’’ terangnya.

Suwito mengaku mendengar suara gemuruh tengah malam. Padahal, jarak rumahnya dengan lokasi sekitar satu kilometer. Suwito lantas memeriksa pagi harinya dan mendapati jalan sudah terputus total. Warga setempat lantas melapor pada perangkat desa dan kepolisian. Warga juga memblokade jalan dengan meletakkan batang pohon beberapa meter dari lokasi. Apalagi, longsor susulan sempat terjadi kemarin pagi. ‘’Kami ingin ada jalan alternatif. Kasihan nanti yang bekerja di pasar dan anak-anak sekolah,’’ ungkapnya.

Suwito dan warga tidak mengira bakal terjadi longsor di titik tersebut. Sebab, jalan sejatinya lebih datar di banding titik lain. Pun, posisi tidak di depan jurang dengan kemiringan ekstrem. Namun, hujan cukup deras mengguyur sehari sebelumnya. Ingatan Suwito, hujan turun dan reda berkelanjutan sejak pukul 10.00 hingga sekitar pukul 23.00. Suwito dan warga bekerja bakti membuat blokade dan papan peringatan. Terlihat juga petugas PLN berusaha mengembalikan jaringan dengan menancapkan tiang baru di atas tanah warga. ‘’Jalan di sini penerangannya minim. Takutnya memakan korban,’’ imbuh warga 32 tahun itu.

Kabid rehabilitasi dan rekonstruksi BPBD Ponorogo Heri Sulistiono mengaku segera berkoordinasi dengan dinas PU terkait longsor itu. Pasalnya, jalan poros desa tersebut dipastikan tidak dapat diperbaiki. Relokasi pilihan terbaik. Namun, hal tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab, pembukaan jalur baru dipastikan melewati tanah warga. Dia bakal berkoordinasi dengan perangkat dan warga setempat terkait itu. ‘’Melihat kondisinya yang seperti ini kemungkinan besar sudah tidak bisa diperbaiki,’’ tegasnya.

Heri mengaku Kecamatan Ngebel merupakan daerah potensi longsor. Bahkan, longsor juga terjadi di dua titik lain, Selasa (9/2). Rumah Wito, 65, dan Saiman 60 di Desa Talun, Ngebel sekitar pukul 18.00. Pun, material tanah merusak dinding belakang rumah kedua korban dengan kerugian material masing-masing mencapai Rp 7 juta. Heri mengaku pihaknya sejatinya sudah memasang peringatan deteksi dini di dua titik di Ngebel. Namun, lantaran cukup jauh dengan lokasi kejadian, alat pun tak berfungsi baik. (agi/irw)

Sumber : Radar Madiun
Load disqus comments
Comments
0 Comments

0 komentar