Ponorogo - Jalan
penghubung Desa Talun dengan Gondowido di Kecamatan Ngebel terancam hilang dari
peta Ponorogo. Pasalnya, longsor menggerus seluruh badan jalan sepanjang 15
meter. Ribuan warga di 15 RT Desa Gondowido dan sebagian di Desa Talun terpaksa
memutar sekitar 20 kilometer melewati telaga Ngebel untuk ke kota. Sebagian
rumah warga juga terpaksa tanpa penerangan lantaran longsor memutus jaringan
listrik setempat.
Putusnya
jalan akibat hajaran longsor, Selasa (9/2) tengah malam itu akibat hujan deras
sedari pagi. Jalan makadam selebar tiga meter itu amblas sejauh 600 meter ke
bawah. Ironisnya, longsor juga mengenai sebagian perkebunan warga. Bahkan, satu
tiang listrik yang berada di pinggir jalan juga ikut teperosok. Ribuan kubik
material longsor langsung menerjang perkebunan alpukat, jati, mahoni, kelapa,
jagung, dan persawahan warga. ‘’Meskipun jalan desa tetapi termasuk akses
transportasi utama untuk warga Desa Gondowido dan Talun,’’ kata Suwito warga
setempat, kemarin (10/2).
Jalan
penghubung Desa Talun dengan Gondowido di Kecamatan Ngebel, Jalan Longsor,
Akses Putus, Listrik Mati
|
Akibat
longsor tersebut, warga lima RT di Desa Talun dan ribuan lainnya di Desa Gondowido
harus memutar puluhan kilometer menuju Pulung begitu sebaliknya. Warga di sisi
timur lokasi longsor harus memutar menuju kawasan telaga Ngebel sebelum ke
Pulung maupun ke kota. Padahal, warga cukup menempuh jarak separonya jika
melalui jalan tersebut. Pun, jalan semakin sulit lantaran masih berupa makadam.
‘’Setiap hari ribuan warga lewat sini terutama yang mau ke pasar Sugihan,
Pulung,’’ terangnya.
Suwito
mengaku mendengar suara gemuruh tengah malam. Padahal, jarak rumahnya dengan
lokasi sekitar satu kilometer. Suwito lantas memeriksa pagi harinya dan
mendapati jalan sudah terputus total. Warga setempat lantas melapor pada
perangkat desa dan kepolisian. Warga juga memblokade jalan dengan meletakkan
batang pohon beberapa meter dari lokasi. Apalagi, longsor susulan sempat
terjadi kemarin pagi. ‘’Kami ingin ada jalan alternatif. Kasihan nanti yang
bekerja di pasar dan anak-anak sekolah,’’ ungkapnya.
Suwito dan
warga tidak mengira bakal terjadi longsor di titik tersebut. Sebab, jalan
sejatinya lebih datar di banding titik lain. Pun, posisi tidak di depan jurang
dengan kemiringan ekstrem. Namun, hujan cukup deras mengguyur sehari
sebelumnya. Ingatan Suwito, hujan turun dan reda berkelanjutan sejak pukul
10.00 hingga sekitar pukul 23.00. Suwito dan warga bekerja bakti membuat
blokade dan papan peringatan. Terlihat juga petugas PLN berusaha mengembalikan
jaringan dengan menancapkan tiang baru di atas tanah warga. ‘’Jalan di sini
penerangannya minim. Takutnya memakan korban,’’ imbuh warga 32 tahun itu.
Kabid
rehabilitasi dan rekonstruksi BPBD Ponorogo Heri Sulistiono mengaku segera
berkoordinasi dengan dinas PU terkait longsor itu. Pasalnya, jalan poros desa
tersebut dipastikan tidak dapat diperbaiki. Relokasi pilihan terbaik. Namun,
hal tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab, pembukaan jalur
baru dipastikan melewati tanah warga. Dia bakal berkoordinasi dengan perangkat
dan warga setempat terkait itu. ‘’Melihat kondisinya yang seperti ini
kemungkinan besar sudah tidak bisa diperbaiki,’’ tegasnya.
Heri mengaku
Kecamatan Ngebel merupakan daerah potensi longsor. Bahkan, longsor juga terjadi
di dua titik lain, Selasa (9/2). Rumah Wito, 65, dan Saiman 60 di Desa Talun,
Ngebel sekitar pukul 18.00. Pun, material tanah merusak dinding belakang rumah
kedua korban dengan kerugian material masing-masing mencapai Rp 7 juta. Heri
mengaku pihaknya sejatinya sudah memasang peringatan deteksi dini di dua titik
di Ngebel. Namun, lantaran cukup jauh dengan lokasi kejadian, alat pun tak
berfungsi baik. (agi/irw)
Sumber :
Radar Madiun